Sobat Treasury pasti sepakat kalau jalan menuju kemandirian finansial bukan jalan yang mudah, namun mengganti bad money habits alias kebiasaan buruk dalam menggunakan uang, menggantinya pelan-pelan dengan kebiasaan yang lebih baik akan sangat membantu. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa banyak orang tak menyadari bahwa segala rencana yang sudah disusun tak berjalan mulus lantaran sudah terlalu dikendalikan oleh kebiasaan lamanya.

Morgan Housel dalam bukunya “The Psychology of Money” mengatakan bahwa pada akhirnya kondisi keuangan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang terhadap uang, dibandingkan pengetahuan maupun tingkat pendidikan orang tersebut. Artinya orang dengan latar belakang ilmu pendidikan tinggi tidak menjamin orang tersebut dapat mengelola keuangan dengan baik 

Berikut adalah deretan bad money habits yang kerap terjadi oleh banyak orang, termasuk kita, dan seharusnya dapat segera diubah demi menuju kemandirian finansial yang lebih baik.

1. Tak ada alasan lagi enggan buat budgeting, catat semua pemasukan dan pengeluaran.

Boleh jadi kamu memang punya gaji tetap tiap bulannya. Emang pas-pasan sih, malah kadang numpang lewat doang. Tapi meski gaji terasa pas-pasan namun rasanya akan semakin kecil jika kamu tak menguraikan anggaran secara rinci. Dengan hanya memantau total saldo yang perlahan menipis rasanya bakal terus merasa kurang karena tak merinci dengan jelas uang masuk dan uang keluar.

Kamu juga harus mencatat alokasi budgeting meskipun sudah ada di luar kepala. Pasalnya, budgeting membantu kamu mengontrol setiap pemasukan dan pengeluaran, dan kamu dapat mengevaluasi setiap rupiah yang kita keluarkan apakah teralokasi untuk hal yang memang kita butuhkan saat ini, atau malah sebaliknya. Dengan catatan yang tersusun rapih memotivasi diri mengelola keuangan dengan baik melalui implementasi good money habits setiap hari.

Buat catatan anggaran keuangan jaman sekarang gak susah kok. Sekarang ada artificial intelligence. Banyak aplikasi online yang bisa didownload untuk melacak uang masuk dan keluar. Kalau mau pakai cara lama yah bisa aja. Pakai buku catatan atau cara lama pakai sistem amplop, silahkan saja. Asal semuanya tercatat rapih. Pokoknya harus tercatat meski pemasukan dan pengeluaran kecil dan jangan diabaikan yah soal ini. 

2. Jauh-jauh deh berteman sama mereka yang pemboros 

Bergaul sih sah-sah aja, tapi tetap harus milih dong. Lingkungan dan pergaulan itu berpengaruh banget loh sama kepribadian kamu. Punya teman atau bergaul di lingkungan yang boros, yang punya uang lebih dikit bawaannya mau healing atau senang-senang bisa berdampak banget sama kepribadian kamu yang juga ikut-ikutan boros tanpa punya perhitungan. Faktanya, menurut survei tahun 2022 yang dilakukan oleh Credit Karma, 24% orang selalu menghabiskan uang lebih dari kemampuan pendapatan mereka hanya karena untuk mengimbangi gaya hidup orang lain. 

Jadi, udahlah, kurang-kurangi itu yang namanya nongkrong gak jelas dan kurang produktif. Cari hiburan atau healing memang penting, tapi tetap punya anggaran terukur. Makan enak untuk nyenengin diri sendiri gak mesti harus di restoran mahal kan? Bisa bisa aja irit-irit belanja barangnya buat masak di rumah, sambil lihat youtube tutorial chef-chef kelas atas bikin menu. Urusan enak atau gak, belakangan aja.  

3. Jangan sering-sering buka aplikasi belanja e-commerce.

Smarphone dengan sejumlah aplikasi belanja e-commerce memang banyak godaannya. Jangan disepelein loh meski cuma iseng scroll aplikasi e-commerce. Godaannya terlalu kuat yang bikin kita beli barang-barang implusif yang sejatinya tidak terlalu kita butuhkan. Makanya, poin pertama di atas tadi soal anggaran belanja fungsingnya krusial, jadi kamu hanya mencari dan belanja barang yang masuk budgeting.  

Jangan tambah masalah baru dengan belanja barang tidak penting. Parahnya, belanjanya pakai pay later atau kartu kredit alias ngutang dicicil. Mending, jangan sering-sering deh buka aplikasi e-commerce kalau gak penting-penting amat.

4. Pilih-pilih follow influencer di sosial media.

Tanpa sadar perilaku hidup bersenang-senang, bergelimang kemewahan menjadi value yang hidup dan dikejar masyarakat di zaman sekarang ini. Tanpa sadar juga ruang publik mendukung perilaku hidup seperti ini. Kerap kita lihat para influencer memamerkan kemewahan, membeli barang-barang impor dengan harga fantastis yang mana uangnya diperoleh dari mayoritas masyarakat kelas menengah ke bawah yang berkorban waktu dan kuota menyaksikan pertunjukan itu.

Sadar atau tidak, perilaku influence itu pelan-pelan mempengerahui pola pikir kamu, Buat dijadikan motivasi, yah boleh saja kok. Apa yang mereka dapat kita juga bisa dapatkan juga. Tapi kebanyakan netizen hanya melihat hasil akhir yang ditayangkan influencer tanpa melihat proses dan usaha berdarah-darah mereka ada di posisi itu. 

5. Tahan dan Ukur Diri, Jangan Terlalu FOMO 

Punya sikap terlalu cemas karena takut ketinggalan trend dan momen adalah sikap yang harus dihindari. Sikap ini belakangan disebut FOMO atau Fear of Missing Out, yang berarti kecemasan jika kehilangan momen atau informasi. Lagi-lagi salah menyikapi sosial media menyebabkan seseorang jadi FOMO. Sekilas memang nampak tak berbahaya, namun  kebiasaan lama-lama bakal menjadi bad habits yang ujung-ujungnya kamu jauh dari kata merdeka secara finansial. 

Jika sifat-sifat di atas sudah terlanjur kita lakukan, tak ada salahnya kita mulai babak baru agar masa depan finansial kita jadi lebih cerah. Sudah saat memilih dan sortir aplikasi media sosial dari mana yang produktif mana yang tidak.

Mulailah dengan menganggarkan dan melacak semua pengeluaran kamu. Berhentilah bersosialisasi dengan orang-orang boros. Dan jangan lupa untuk belajar menabung dan investasi untuk mempersiapkan diri di masa depan. Yuk, pelan-pelan belajar agar kebiasaan positif ini dapat membawa kita menuju financial goals ideal.