Emas kembali loyo mengawali pekan ini. Kenaikan suku bunga bank sentral beberapa negara melemahkan harga logam mulia itu.
Menurut data Treasury, harga emas 1 gram hari ini berada di level Rp906.438. Harganya sempat berada di level tertinggi di Rp909.387, lalu melemah hingga ke Rp906.910.
Dari data CNBC, terpantau harga emas turun 0,05 persen ke US$1.839,5 per ons pada hari ini. Pelemahannya ini dikuti oleh logam mulia lainnya. Harga perak melorot 0,45 persen ke US$21,49 per ons dan platinum melemah 0,35 persen ke US$926,9 per ons. Sebaliknya, palladium justru menguat 0,8 persen ke US$1.813 per ons.
Pada perdagangan pekan kemarin, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah 0,5 persen ke US$1.840,6 per ons.
Selama minggu lalu, harga emas turun 1,9 persen, melansir Suara.com. Berkebalikan dengan harga emas dunia, harga emas Treasury dalam sepekan justru naik Rp11.434 dari Rp898.044 ke Rp909.387.
Wah, Ini yang Jadi Biang Kerok Harga Emas Melemah
Kenaikan suku bunga acuan menjadi biang kerok pelemahan harga emas. Federal Reserve AS, bank sentral Inggris, dan bank sentral Swiss menaikkan suku bunga acuannya. Sementara itu, bank sentral Jepang tetap kepada kebijakan moneter ultra longgar.
Menurut JP Morgan, kenaikan tingkat suku bunga global sangat berpengaruh terhadap emas. Minggu lalu, ada 11 bank sentral yang menaikkan suku bunganya, termasuk Federal Reserve. Dikatakan bahwa lonjakan emas memang menaikkan emas, tapi ini membuat harganya rawan anjlok karena banyak bank sentral menaikkan suku bunga acuan.
“Situasi ini membuat harga emas tertahan,” ujar JP Morgan, dikutip dari CNBC Indonesia.
Ada yang akan mencegah harga emas anjlok, yaitu stagflasi dan resesi. Analis Saxo Bank, Ole Hansen, mengatakan emas berperan sebagai lindung nilai aset (hedging). Kelebihan ini yang dicari karena ada kecemasan pasar terhadap stagflasi dan resesi.
“Itulah alasan mengapa pergerakan emas tidak terlalu didikte oleh kenaikan yield surat utang,” kata Hansen.
Harga Emas Juga Tertahan Ini
Indeks dolar yang tinggi masih menahan harga emas. Nilai tukar dolar AS dan imbal hasil surat berharga pemerintah AS naik di tengah sinyal kebijakan hawkish dari bank sentral global, bahkan ketika ada bayang-bayang kecemasan resesi.
Penguatan dolar ini akan membuat emas dihargai dengan greenback yang kurang menarik, dikutip dari Kontan.
“Momok kenaikan suku bunga AS yang lebih banyak lagi, menyusul kenaikan 75 basis poin Fed Funds Rate minggu lalu, akan membatasi kenaikan jangka pendek emas,” kata analis pasar Exinity, Han Tan.
Langkah-langkah pengetatan dari bank sentral global mempengaruhi daya tarif emas. Misalnya, kenaikan suku bunga Federal Reserve sebesar 75 basis poin. Kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak 1994.
Tercatat bahwa inflasi dan ketidakpastian ekonomi, pada dasarnya mendorong harga emas. Namun, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang emas tak memberikan imbal hasil.
“Tekanan kenaikan suku bunga dan dolar AS telah melebihi permintaan safe haven dari kekhawatiran resesi,” kata analis Bank of China International, Xiao Fu.
Belakangan ini, harga emas berkaitan erat dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah meskipun ada ketidakpastian ekonomi global dan lockdown di Tiongkok. Kalau resesi di AS meningkat karena suku bunga acuannya terus dinaikkan, investor bisa makin melirik emas sebagai pelindung asetnya yang aman, kata Tan.