Aset penyimpan nilai atau dikenal dengan store of value adalah aset yang nilainya tetap terjaga dari waktu ke waktu tanpa mengalami depresiasi atau penyusutan. Aset ini dapat disimpan, diambil kembali, dan dipertukarkan di masa mendatang, dan diperkirakan nilainya akan sama atau lebih tinggi.
Umumnya, aset seperti emas, mata uang, dan beberapa aset digital dianggap sebagai penyimpan nilai karena dapat mempertahankan daya belinya di masa depan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin telah muncul sebagai pesaing baru.
Di tengah terpaan isu resesi, Sobat perlu bijak dalam memilih instrumen investasi yang bisa menjaga nilai aset Sobat dari guncangan ketidakpastian ekonomi. Untuk itu, simak ulasan berikut ini untuk tau investasi mana yang lebih baik dalam menyimpan nilai aset.
1. Stabilitas Historis dan Rekam Jejak
Emas telah digunakan sebagai penyimpan nilai aset selama ribuan tahun yang lalu. Mulai dari peradaban Mesir kuno hingga sekarang, emas masih tetap bisa diandalkan. Nilainya yang mengakar kuat dalam sejarah dan budaya manusia, menjadikannya bentuk kekayaan yang diterima secara universal.
Emas telah bertahan dalam ujian waktu melalui berbagai siklus ekonomi, perang, dan krisis keuangan. Harganya mengalami fluktuasi, tetapi emas secara konsisten mempertahankan nilai intrinsiknya selama berabad-abad.
Berbeda dengan Bitcoin yang baru hadir dan dikenal oleh masyarakat pada tahun 2009. Meski terbilang baru, Bitcoin cukup menarik perhatian masyarakat dengan konsep mata uang digital yang memberikan keuntungan tinggi karena harganya yang mendadak naik pesat.
2. Nilai Intrinsik dan Keberwujudan
Salah satu perbedaan utama antara emas dan Bitcoin adalah emas memiliki nilai intrinsik. Ini berarti bahwa nilai emas tidak hanya didasarkan pada persepsi atau sentimen pasar, namun juga berasal dari sifat fisik dan kegunaannya.
Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik. Nilai Bitcoin sepenuhnya berdasarkan pada berapa banyak orang yang bersedia membayar untuknya. Meskipun hal ini dapat mendorong keuntungan spekulatif, namun hal ini juga menandakan bahwa nilai Bitcoin dapat sangat fluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar yang dapat berubah dengan cepat.
Meski emas digital dan Bitcoin sama-sama tidak memiliki bentuk fisik, namun emas digital di Treasury dapat dicetak ke dalam bentuk emas fisik sesuai dengan gramasi yang tertera pada aplikasi. Hal ini membuat emas digital tidak kehilangan nilai intrinsiknya.
3. Regulasi dan Kematangan Pasar
Emas adalah komoditas yang sudah teregulasi dengan pasar dan sistem perdagangan yang mapan sehingga memastikan transparansi dan likuiditas. Investor dapat membeli, menjual, atau memperdagangkan emas dengan percaya diri, karena mereka berpartisipasi dalam pasar yang matang dan stabil.
Di sisi lain, Bitcoin masih berada dalam tahap awal pengembangan regulasi. Kurangnya regulasi yang komprehensif membuat Bitcoin lebih rentan terhadap manipulasi pasar, penipuan, dan memiliki banyak ketidakpastian. Perubahan regulasi dapat berdampak signifikan pada harga Bitcoin, menambah lapisan risiko lain yang tidak dimiliki emas.
4. Volatilitas atau Naik Turunnya Harga Pasar
Bitcoin dikenal karena volatilitas harganya yang ekstrem. Sejak awal, Bitcoin telah mengalami perubahan harga yang dramatis, dengan nilai naik dan turun ribuan dolar dalam hitungan hari atau bahkan jam.
Kenaikan dan penurunan yang terlalu signifikan bergantung pada sentimen pasar menjadikan Bitcoin sebagai aset berisiko bagi mereka yang ingin menyimpan kekayaan dalam jangka panjang.
Berbeda dengan emas, meski harga emas setiap harinya memang mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif, namun gerakan harga emas cenderung lebih bisa diprediksi.
Naik turunnya harga harian emas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti inflasi, suku bunga bank sentral Amerika Serikat, dan peristiwa geopolitik. Namun jika dirata-rata, perubahan harga emas umumnya tidak terlalu ekstrem dan lebih mudah dikelola.
5. Penerimaan dan Likuiditas Global
Emas diakui dan diterima secara universal sebagai penyimpan nilai. Emas dapat dengan mudah diperdagangkan atau dijual di mana saja di dunia, menyediakan likuiditas yang tinggi. Penerimaan global ini memastikan bahwa emas dapat digunakan sebagai alat tukar.
Saat ini Bitcoin memang telah dikenal luas oleh masyarakat. Namun faktanya Bitcoin belum dapat diterima oleh semua kalangan sebagai alat tukar. Likuiditas Bitcoin masih terbatas di kalangan tertentu jika dibandingkan dengan emas.
Selain karena umurnya yang masih baru, tingkat likuiditas Bitcoin pada masa krisis keuangan atau volatilitas yang ekstrem sangat cepat habis sehingga sulit dijual atau diperdagangkan.
6. Melindungi dari Nilai Inflasi
Emas telah lama digunakan sebagai alat untuk melindungi nilai aset dari inflasi secara efektif. Ketika nilai mata uang suatu negara turun akibat inflasi, maka harga emas akan cenderung naik, sehingga daya beli tetap terjaga. Bahkan bank sentral di seluruh dunia memiliki simpanan emas sebagai aset cadangan bagi negara.
Para pendukung Bitcoin berpendapat bahwa Bitcoin juga dapat bertindak sebagai pelindung nilai aset dari inflasi karena persediaannya yang terbatas. Namun, sejarah singkat Bitcoin dan volatilitas harga yang sangat tinggi membuat Bitcoin sulit untuk membuktikan diri bahwa ia dapat bertahan di tengah gempuran inflasi.
7. Dampak Lingkungan
Tujuan utama investasi adalah sebagai alat untuk melindungi nilai aset di masa depan. Namun pernahkah Sobat berpikir kira-kira dampak lingkungan apa yang dihasilkan dari investasi yang kita lakukan?
Penambangan emas memiliki dampak lingkungan berupa gas emisi karbon. Gas karbon yang dikeluarkan dari hasil pertambangan emas terdokumentasi dengan baik hingga dapat diketahui bahwa setiap gram emas yang Sobat investasikan menghasilkan 0.028 ton gas karbon.
Sama halnya dengan emas, Bitcoin juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan karena membutuhkan konsumsi energi yang sangat tinggi. Proses penambangan Bitcoin membutuhkan listrik dalam jumlah besar, sehingga turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan degradasi lingkungan.
Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim dan dampak buruk yang dihasilkan bagi lingkungan, Treasury sebagai pengusaha emas digital tidak hanya diam menanggapi isu lingkungan tersebut.
Green Gold hadir sebagai inovasi dari Treasury sebagai sarana untuk memudahkan Sobat berinvestasi emas digital sembari ikut serta menjaga lingkungan. Green Gold merupakan karbon offset atau upaya mengimbangi emisi gas rumah kaca dengan cara menyerap jejak karbon.
Sobat yang berinvestasi emas di Treasury menggunakan fitur Green Gold telah ikut berkontribusi dalam penanaman pohon secara transparan dan berkelanjutan yang merupakan salah satu cara efektif untuk menyerap jejak karbon.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa emas adalah pilihan yang lebih baik bagi investor yang mencari perlindungan kekayaan yang lebih aman dan ingin menghindari volatilitas ekstrem.
Meskipun Bitcoin memiliki potensi pertumbuhan yang besar dan menarik minat banyak investor muda yang berani mengambil risiko menjadikannya lebih cocok sebagai bagian dari portofolio yang beragam dengan eksposur yang lebih terbata
Emas tetap menjadi pilihan yang lebih aman dan stabil untuk investasi jangka panjang. Keuntungan dari stabilitas harga, perlindungan terhadap inflasi, regulasi yang jelas, dan keamanan fisik membuat emas tetap menonjol sebagai alat penyimpan nilai aset yang terpercaya.