Perhiasan tradisional menjadi salah satu bentuk kekayaan budaya di Indonesia. Perhiasan tradisional ini menjadi saksi kehebatan nenek moyang kita dalam mengolah logam sejak masa kebudayaan perunggu Dong-Song, sekitar 1.000 SM. Masuknya pengaruh India dan China di Nusantara pada abad ke-5 turut memberikan “warna” pada perhiasan tradisional yang terbuat dari logam.
Lazimnya, perhiasan ini digunakan untuk perayaan bersifat suka cita, seperti pernikahan, nih, Sobat Treasury. Selain jadi mahar, perhiasan tradisional juga sering digunakan sebagai pelengkap pakaian adat. Dengan perhiasan ini, seorang pengantin bisa terlihat lebih cantik dan anggun. Aksesori ini tidak hanya berupa cincin, gelang, dan anting, tetapi juga perintilan yang melekat di pakaian adat.
Menariknya, nih, perhiasan tradisional nggak hanya melekat di busana adat, tetapi juga ada makna filosofis di dalamnya. Sebagai contoh, gelang burung yang jadi pemanis busana pengantin adat di Lampung. Gelang ini bermakna beban besar yang akan dipikul oleh pasangan suami istri dalam berumah tangga. Ada juga gambar garuda yang menyimbolkan hubungan kekal dalam rumah tangga.
Penasaran dengan perhiasan tradisional yang digunakan dalam pernikahan adat masing-masing daerah? Berikut ini adalah beberapa ragam perhiasan tradisional yang dikenakan dalam pernikahan adat, Sobat Treasury.
Aceh
Perhiasan tradisional yang dikenakan pengantin wanita di pakaian adat Aceh ada beragam. Misalnya, penutup kepala yang disebut patam dhoe. Bentuknya seperti mahkota. Bagian tengahnya diukir dengan motif sulur tanaman serta di sisi lainnya ada motif boengoeng kalimah yang dikelilingi oleh kembang dan bulatan. Mahkota patham dhoe ini terbuat dari emas 24 karat ditambah dengan 5 butir zirconia putih. Berat penutup kepala ini mencapai 160 gram. Pengantin wanita juga memakai gelang kaki, yaitu gleueng goki. Gelang ini terbuat dari tembaga yang berlapis perak.
Perhiasan lainnya yang dikenakan mempelai wanita adalah piring dhoe. Perhiasan dahi ini terbuat dri emas atau perak yang berlapis emas. Bentuknya seperti mahkota dan terbagi jadi tiga bagian satu sama lain dan dihubungkan dengan engsel.
Selanjutnya, ada juga untai peuniti. Perhiasan ini terbuat dari emas dan terdiri atas 3 motif ragam hias yang berpola pakis dan berbentuk kuncup bunga, serta ada motif boheungkot yang terinspirasi dari rumah Aceh. Peniti ini digunakan sebagai penyemat pakaian adat.
Palembang
Selanjutnya, beralih ke Palembang, Sumatera Selatan. Perhiasan yang digunakan untuk pengantin wanita dan pria di Palembang berbeda dengan yang di Aceh. Misalnya, ada terate yang merupakan penutup pundak hingga dada untuk mempelai pria dan wanita. Terate ini berbentuk lingkaran dengan sudut lima dan aksesori melati bersepuh emas.
Sementara itu, di kepala mempelai wanita, ada perhiasan yang bernama karsuhun. Mempelai pria dan wanita sama-sama memakai kebo munggah, yaitu kalung dengan lempengan bersunting tiga yang terbuat dari emas 24 karat. Di pernikahan ini, ada beragam jenis gelang yang dipakai, seperti gelang kecak, kanu, dan palak uno. Bentuknya seperti ular naga yang bersisik dan berpulir. Kemudian, ada juga pending yang berupa ikat pinggang yang berbentuk lempengan emas. Pending emas berukuran 6×9 cm dan terbuat dari emas 20 karat.
Jawa
Salah satu perhiasan yang dipakai oleh pengantin Jawa adalah cunduk mentul. Aksesoris kepala ini menjulang tinggi ke atas dan terdiri 1, 3, 5, dan 7, atau 9 bulatan. Masing-masing jumlah memiliki makna yang berbeda. Misalnya, 1 menyimbolkan keesaan tuhan, 5 rukun Islam, 7 merupakan pertolongan, dan 9 menyimbolkan Wali Songo. Perhiasan tradisional selanjutnya adalah gunungan. Perhiasan kepala ini berbentuk menyerupai gunung dan menandakan perempuan harus dihormati oleh suaminya.
Berikutnya adalah kelat bahu yang disematkan di bahu pengantin wanita. Kelat berbentuk naga ini menyimbolkan perempuan harus kuat menghadapi beragam masalah yang ada di pernikahan.
Sunda
Contoh perhiasan yang dipakai oleh pengantin adat Sunda adalah siger. Mahkota ini terbuat dari campuran logam yang seberat 1,5-2 kg. Mahkota siger ini bermakna harapan, rasa hormat, arif, dan bijaksana dalam pernikahan. Kemudian, ada kembang goyang di sanggul. Ada tujuh kembang goyang di sanggul pengantin perempuan. Ada 5 kembang goyang yang menghadap ke depan dan 2 ke belakang. Maknanya, wanita terlihat lebih cantik seperti bunga, baik dari depan maupun ke belakang.
Bagaimana, Sobat Treasury? Ternyata banyak, ya, perhiasan tradisional yang dipakai dalam pernikahan adat.
Ada satu lagi yang menarik untuk kamu simak. Ada koin emas yang desainnya terinspirasi dari budaya di Nusantara dan koin dinar. Namanya Koin Nusantara. Koin itu terbuat dari emas 24 karat dan tersedia dalam dua ukuran. Pertama, ada Koin Nusantara Edisi 1 Dinar Padang dan beratnya 4,4 gram. Lalu, ada juga Edisi 0,5 Dinar Lombok yang berukuran 2,2 gram.
Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury.
Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2×24 jam.
Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!